Sabtu, 27 Maret 2010

Aktivitas seksual Lansia

Sahabat Pensiunan dan Lansia, tidak usah merasa malu membicarakan masalah aktivitas seksual pada para lansia dan pensiunan. Aktivitas seksual adalah hal yang lumrah dan normal setua apa pun manusia. Sudah tentu, aktivitas seksual para lansia berbeda dengan mereka yang masih tergolong muda.

Saya mendapatkan sebuah tulisan yang menarik mengenai Seksualitas pada lansia, yang ditulis oleh Muda Andriani, seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan. Tulisan ini saya dapatkan di : http://forbetterhealth.wordpress.com dan saya turunkan di sini sebagai tambahan informasi bagi kita.


Aktifitas Seksualitas tetap merupakan kebutuhan bagi lansia . Walaupun demikian berbagai hambatan baik eksternal maupun internal menyababkan kegiatan ini sering kali tidak dilakukan oleh semua lansia . Diantara hambatan internal adalah impontensai atau disfunsi ireksi.

PERUBAHAN FISIOLOGIK AKIBAT PROSER MENUA

Pada dasarnya perubahan fisiologik yang terjadi pada aktifitas seksual pada usia lanjut biasanya berlangsung secara bertahap dan menunjukan status dasar dari aspek vaskuler ,hormonal dan neurilogiknya.(Alexander and Allison 1989).

Kaplan membagi iklus tanggapan seksual dalam beberapa tahap .

Tabel berikut akan menunjukkan perubahan fisiologik dari aktifitas seksual yang diakibatkan oleh proses menua ditinjau dari pembagian tahapan seksual menurut Kaplan.

Fase desire, pada fase ini perubahan fisiologik pada wanita lansia terutama dipengaruhi oleh penyakit baik dirinya atau pasangan masalah hubungan antar keduanya ,harapan cultural dan hal-hal tentang harga diri . Desire/hasrat pada lansia wanita mungkin munurun dengan makin lanjutnya usia, tetapi hal ini bisa bervariasi. Sedangkan pada lansia pria interval untuk meningkatkan hasrat melakukan kontak seksual meningkat . Hasrat dipengaruhi oleh penyakit, kecemasan akan melakukan seks dan masalah hubungan antara pasangan . Mulai usia 55 tahun testosterone menurun bertahap yang akan mempengarihi libido.

Fase orousal (penggairahan)=fase vaskuler. Pada lansia wanita : Pembesaran payudara berkurang , semburat panas dikulit menurun ; elastisitas dinding vagina menurun , lubrikasi vagina menurun, iritasi uretra dan kandung kemih miningkat ,otot-otot yang menegang pada fase ini menurun. Sedangkan pada lansia pria : Membutuhkan waktu lebih lama untuk ereksi ,ereksi kurang begitu kuat .testosteron menurun ,produksi sperma menurun bertahap mulai dari usia 40 tahun ‘elevasi testis ke perineum lebih lambat dan lebih sedikit, penguasaan atas ejakulasi biasanya mulai sedikit.

Fase argasmik (fase muskular). Pada lansia wanita : Tanggapan orgasmic mungkin kurang intens disertai lebih sedikit kontraksi ; kemampuan untuk mendapatkan orgasme multiple berkurang dengan makin lanjut usia. Sedangkan pada lansia pria : Kemampuan mengontrol ejakulasi membaik,kekuatan kontraksi otot dirasakan berkurang jumlah kontraksi /orgasme menurun ,volume ejakulat menurun. 

Fase pasca orgasmik. Pada lansia wanita : Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah secara segera lebih sukar. Sedangkan pada lansia pria : Periode refrakter memanjang secara fisiologik , dimana ereksi dan orgasme berukutnya lebih sukar terjadi .

HAMBATAN AKTIVITAS SEKSUAL PADA USIA LANJUT.
 
Pada usia lanjut terdapat berbagai hambatan untik melakukan aktivitas seksual yang dapat dibagi menjadi hambatan eksternal yang dating dari lingkungan dan hambatan internal yang terutama berasal dari subyek lansianya sendiri.
 
Hambatan eksternal biasanya berupa pandangan social ,yang mengaggap bahwa aktivitas sosial tidak layak .
Pada lansia yang yng berada diinstitusi ,misalnya di panti wreda hambatan tewrutama adalah karena peraturan dan ketiadaan privasi di institusi tersebut.

Hambatan internal psikologik seringkali sulit dipisahkan secara jelas degan hambatan eksternal .seringkali seorang lansia sudah merasa tidak bias dan tidak pantas berpenampilan untuk bisa menarik lawan jenisnya.
Obat-obatan yang sering diberikan pada penderita usia lanjut dengan patologi multipel juga sering menyebabkan berbagai gangguan fungsi seksual pada usia lanjut ,seperti dapat dilihat berikut ini :

Golongan obat : Anti hipertensi:diuretika, (berpengaruh pada Fase pembangkitan(arousal); Anti hipertensi;obat berdaya sentral,[berpengaruh pada Fase pembangkitan (arousal)Fase hasrat(desire)]; Anti hipertensi penyekat b,[berpengaruh pada Fase penggairahan ]; Anti hipertensi –penghambat AC, Obat anti psikotik,[berpengaruh pada Fase desire] Obat anti angsietas,[berpengaruh pada fase desire]; Anti kolinergik,[berpengaruh pada fase desire]; Estrogen,[berpengaruh pada fase pembangkitan]; Progestin,[berpengaruh pada fase desire]; Antaginis reseptor h-2, narkotik, sedaktif,anti depresan trisiklik.

Contohnya : Gol;tiasid,[berpengaruh pada Fase pembangkitan(arousal)] Klonidin metil-dopa, Propanolol, [berpengaruh pada Fase pembangkitan (arousal)Fase hasrat(desire)]; Captropil,[berpengaruh pada Fase penggairahan ]; Torasin tiotiksen haloperidol, Diazepam, diasepam, Atropine,hidroksisin, premarin, provera, Simetidin, Kodein ;Demerol, Alcohol balbiturat, Imipramin amitriptilin.

Itu antara lain beberapa contoh. Pada umumnya dianjurkan untuk mencari obat pengganti dengan mempertimbangkan -misalnya- penghambat kanal ca. Tetapi yang paling aman adalah dengan meminta nasehat dokter melalui konsultasi.

Impotensia pada usia lanjut.
 
Secara umum impotensia merupakan istilah yang berarti ”tidak mampu (melakukan aktivitas seksual) dan dapat dibedakan sebagai impotensia coendi (ketidak mampuan untuk melakukan hubungan seksual), impotensia erigendi (tidak mampu berereksi ) dan impotensia generandi (tak mampu menghasilkan keturunan).

Disfungsi ereksi (DE) adalah ketidakmampuan secara konsisten untuk mencapai dan mempertahankan ereksi sedemikian hinggá mencapai aktivitas seksual yang memuaskan .

Secara garis besar DE dapat dibagi  sebagai berikut :

DE organik sebagai akibat gangguan endokrin, neurogenil, vaskuler. (aterosklerosis atau fibrosis) DE endokrinologik biasanya disebabkan oleh gangguan testikuler baik primer (sindroma klinefelter maupun sekunder) .penyakit yang meningkat hormon prolaktin dan tiroksin dapat menyebabkan DE.

DE vaskuler terjadi pada penyakit leriche .yaitu suatu obstruksi dipangkal bifurkasio a.iliaka pada daerah abdominalis yang akan menyababkan kladikasio dab DE .

DE psikologik atau psikogenik .DE jenis ini yang secare opotensial reversibel biasanya diakibatkan oleh kecemasan (ansietas) ,depresi rasa bersalah (guilty feeling ) ,masa perkawinan atau juga akibat dari rasa takut akan gagal dalam hubungan seksual .

PENATAKSANAAN MASALAH SEKSUAL PADA USIA LANJUT 
 
Penatalaksanaan penderita lansia dengan masalah seksual pada dasarnya tidak berbeda dengan apa bila penderita tersebut berusia lebih muda.

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dihadapan kehadiran pasangangannya. Anameses harus rinci, mengikuti awitan, jenis maupun intensitas gangguan yang dirasakan juga anamisis tentang gangguan sistemik maupun organik yang dirasakan. Penelaahan tentang gangguan psikologi (kesepian, deprsei, duka cita, gangguan kongniktif) harus pula dilakukan. Tidak kalah pentingnya anamisis tentang obat-obatan yang diminum, pemeriksaan fisik mengikuti seluruh organ dari kepala samapai keujung kaki. Status lokalis organ seksual perlu mendapatkan perhatian khusus. Pemeriksaan tambahan yang dilakukan meliputi keadaan jantung, hati, ginjal dan paru-paru. Status indrogin dan metabolik meliputi keadaan gula darah, status gizi dan kalau diperlukan status hormonal tertentu (testoteron, teroit dan proplaktin pada pria dan ekstrogen dan progestrorol pada wanita ) apabila penuaan mengenai disfunsi ereksi pada pria. Pemeriksaan kas juga meliputi antara lain dengan pemeriksaan snap gauge atau nacturnal penile tumescence testing (Hadi-Martono, 1996). 

Terapi yang diberikan tentu saja tergantung dalam diagnosis penyakit/gangguan yang mendasari keluhan tersebut dan sebaiknya dilakukan oleh suatu tim multi disiplin. Pada keadaan disfungsi ereksi, terapi yang diperlukan berupa (Weg, 1986; Leslie, 1987; Hadi-Martono, 1996):

1.Terapi psikologik
2.medika mentosa (hormonal atau injeksi intra korpureal dengan mengunakan papaverin atau altrostaldil)
3.pengobatan dengan alat vakum
4.pembedahan baik pembedahan vaskulen atau untuk pemasangan proteksis penis.

Salah satu obat peroral yang baru-baru ini meningkat popularitasnya untuk pengobatan DE adalah sildenafil sitrat (VIAGRA) obat ini bekerja dengan jalan memblok pemecahan GMP siklik yang mempertahankan vasedilatasi kavernosa, hanya bisa diberikan apabila keadaan vaskuler penis masih intak. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa interaksi obat ini dengan golongan nitrat dapat menyebabkan hipotensi bahkan syok (Vinik 1998).

Sahabat pensiunan dan lansia, semoga bermanfaat.(fat)



1 komentar:

  1. ikut bergabung berbagi informasi terkait di atas gan, Ya itu tentang sex alat bantu untuk meningkatkan rangsangan seksual.

    BalasHapus